Kamis, 09 Februari 2017

Cara Cepat dan Tuntas Menulis Cerita Pendek


1. Mencari ide 
Ide bisa datang dari mana saja, jadi bawa buku kecil kemana saja Anda pergi. Tulis semua ide yang melintas di pikiran Anda. Jika Anda menemui kesulitan menemukan inspirasi, cobalah menuliskan pengalaman pribadi. Biasanya hal ini akan menjadi ide yang lain dari yang lain. Banyak penulis-penulis terkenal menceritakan pengalaman pribadi melalui tulisan, misalnya Andrea Hirata dan Ahmad Fuadi.

2. Mulai menulis
Jangan pikirkan dulu judul apa yang sesuai untuk cerita yang Anda tulis. Biasanya orang menjadi malas menulis kalau sejak awal sudah dibingungkan dengan judul cerita. 

Berikut ada cara dasar menulis cerita pendek:

Perkenalan; Anda bisa menuliskan tentang tokoh utama, kapan terjadinya cerita, keadaan cuaca dan masih banyak lainnya.

Adegan awal; singgung sedikit peristiwa utama yang nanti akan menjadi pokok pembahasan

Adegan penting; mulai menceritakan permasalahannya

Adegan klimak; Anda kerahkan upaya untuk menuliskan cerita dengan tujuan pembaca tertarik sehingga mereka menjadi menangis dan dibebani berbagai emosi ketika membaca tulisan Anda.

Adegan akhir; Cari kapan waktu dan peristiwa yang tepat untuk mengakhiri cerita yang Anda tulis.

Pertimbangkan; untuk membuat akhir cerita banyak caranya. Salah satunya adalah dengan membuat penasaran pembaca karena akhir cerita yang masih banyak penafsiran. Akhir ceritanya melambai-lambai, pembaca diberi pekerjaan rumah untuk memilih sendiri alternatif akhir cerita. Dan banyak penulis kenamaan sengaja membuat akhir cerita seperti itu, mungkin supaya pembacanya selalu teringat dengan cerita tersebut.  

Senin, 30 Januari 2017

Cara Supaya Menulis Menjadi Nyaman dan Menghasilkan

 Suasana Inspiratif untuk Menulis

Menulis bagi sebagian orang adalah hobi yang menyenangkan. Bagi orang yang mata pencahariannya menulis, maka menulis bukan hanya hobi, melainkan kebutuhan.
Namun menulis bukanlah kegiatan yang mudah dilakukan. Tidak semua orang memiliki ketahanan untuk duduk di depan komputer dan menuliskan ide-idenya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bisa bertahan menulis. Kondisi lingkungan tempat kita menulis adalah salah satunya. Seseorang biasanya membutuhkan suasana yang nyaman untuk menulis.

Berikut ini suasana yang bisa membuat Anda dapat betah untuk menulis:

1. Tempat yang bersih dan rapi
Lingkungan yang berantakan dapat mengganggu konsentrasi menulis. Bersihkan dulu sebentar ruangan sekitar 15 menit sebelum mulai menulis. Setelah ruangan bersih dan rapi, Anda tentunya akan dapat berkonsentrasi menulis.

2. Minuman favorit
Secangkir kopi hangat, teh hangat, cokelat hangat, atau secangkir jeruk lemon hangat merupakan teman yang menginspirasi. Kalau Anda ingin lebih sehat, pilihlah air putih atau jus buah dan sayuran, sehingga Anda dapat berkarya sekaligus menjadi lebih sehat.

3. Makanan favorit
Menulis seraya makan sebenarnya dapat mengganggu konsentrasi. Namun, kalau Anda tiba-tiba merasa kelaparan, pastinya akan lebih mengganggu konsentrasi menulis. Daripada rasa lapar  menjadi alasan untuk menghentikan aktivitas menulis, lebih baik menyediakan makanan favorit. Keripik kentang adalah pilihan yang menarik. Buah-buahan bisa menjadi pilihan cerdas untuk menemani Anda saat menulis.

4. Pewangi ruangan
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa aroma yang tercium oleh seseorang akan mempengaruhi ingatan dan suasana hatinya. Misalnya, aroma vanila yang tercium akan membuat suasana hati seseorang menjadi lebih baik. Aroma cokelat dikenal dapat menenangkan dan mengurangi stres. Aroma mana yang menjadi pilihan Anda? Kalau tidak suka dengan aroma pewangi buatan, bisa mendapatkan aroma pilihan  secara alami, dan tentunya aroma vanila maupun kopi asli akan lebih menyenangkan karena tidak tercampur dengan zat kimia.

5. Musik favorit
Ketenangan adalah syarat mutlak untuk memulai aktifitas menulis. Ada penulis yang suka bekerja di ruangan yang sunyi, namun ada juga yang lebih suka bila ada suara musik yang mengalun sebagai latar. Musik yang dipilih pun biasanya musik bertempo sedang dan lembut. Memasang musik favorit merupakan salah satu cara untuk menciptakan suasana nyaman saat menulis. Biasanya musik juga membantu untuk membuat suasana hati kita sesuai dengan jenis lagu yang diputar. Lagu romantis sering diputar saat seseorang ingin menuliskan cerita roman, lagu yang sedih diputar saat seseorang ingin menuliskan cerita yang sedih.

6. Tempat terbuka
Bayangkan, sebuah tempat terbuka dengan angin sore yang lembut, pemandangan hamparan bunga mawar merah jambu, suara gemericik air kolam yang menenangkan. Suasana alam terbuka dapat menjernihkan pikiran sehingga ide akan berbaris dengan rapi, mengantre untuk dituliskan. Kalau Anda merasa nyaman menulis di alam terbuka, taman di rumah merupakan pilihan yang tepat.
Itu tadi suasana-suasana nyaman yang bisa mendukung Anda untuk betah menulis sehingga melahirkan karya baik itu cerpen, artikel, atau bahkan buku. Yang terpenting adalah ... menjadi seorang penulis itu harus tangguh. Anda harus bisa menyiasati keadaan, mengubah lingkungan yang semula tidak nyaman menjadi lebih nyaman, dan itu semua ada di tangan Anda.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel mengenai "Cara Supaya Menulis Menjadi Nyaman dan Menghasilkan". Semoga bermanfaat. Selamat berkarya!




Senin, 28 November 2016

Gemar Membaca adalah Langkah Awal Menuju Dunia Menulis



"Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik"
( Hernowo ) 

Kalau Anda gemar membaca, maka dapat dipastikan di dalam hati kecil Anda, ada keinginan untuk menulis. Hasrat menulis ini bisa berwujud komentar yang Anda lontarkan saat menyelesaikan sebuah bacaan. Mungkin Anda kurang setuju dengan isi buku, mungkin setuju namun ada koreksi, atau mungkin juga Anda tercetus ide menulis buku yang merupakan pengembangan dari tema buku yang baru saja Anda baca.

Keinginan menulis memang biasanya diawali dari kegemaran membaca. Dan membaca tidak hanya sebatas membaca buku bacaan, namun Anda bisa membaca fenomena-fenomena di dunia. Tuhan menciptakan alam beserta isinya ini adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis untuk dijadikan bahan tulisan.

Semakin baik kemampuan seseorang membaca maka akan semakin peka pula kemampuannya dalam mengidentifikasi ide. Dan uniknya, setiap orang punya sudut pandang yang berbeda meski minatnya sama. Misalnya, Si A dan Si B sama-sama tertarik pada fenomena alam yang berupa air. Boleh jadi Si A akan menuliskannya dalam bentuk non fiksi, sedang Si B tergerak keinginannya untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan fiksi.

Satu hal yang pasti, Anda dikatakan mempunyai kemampuan membaca yang baik mana kala Anda merasakan munculnya berbagai pertanyaan-pertanyaan selama Anda fokus dengan bahan bacaan. Pertanyaan-pertanyaan ini timbul bukan karena penulisnya kurang bagus dalam menulis namun karena Anda rajin bertanya. Sesederhana apa pun pertanyaan, itu membuktikan Anda pembaca aktif. Dan Anda akan dihinggapi hasrat menulis untuk melengkapi suguhan informasi yang sudah ada menjadi karya tulis yang lebih utuh dan bermakna.


Surabaya, 29 Nopember 2016

Rabu, 23 November 2016

Ingin Bahagia? Tulislah Pengalaman dan Aspirasi Anda!

 Meraih Cahaya Kebahagiaan



Dalam diri setiap manusia; mulai dari anak yang belajar di bangku Taman Kanak-kanak sampai orang yang berusia lanjut usia, tentu menyimpan aspirasi dan pengalaman yang tidak boleh diabaikan. Sungguh menyiksa kalau dibiarkan mengendap di pikiran, lama kelamaan akan menguap begitu saja tanpa pernah diwujudkan.

Ada sebuah pepatah yang tidak asing di telinga kita, "pengalaman adalah guru yang terbaik," dan juga sangat mahal harganya. Karenanya jangan pernah meremehkan pengalaman seseorang meski itu aspirasi dan pengalaman anak kecil. Kenapa pengalaman diibaratkan guru yang terbaik dan termahal? Sebab melibatkan semua panca indera, waktu, tenaga, dan pikiran seseorang ketika menghadapi dan mengalami suatu kejadian.

Orang yang berbahagialah adalah orang yang berhasil menuliskan pengalaman hidup dan aspirasinya dengan cukup jelas, bukan sekedar indah.  Cukup jelas berarti mampu menguraikan maksud dan tujuan dengan sejelas-jelasnya tanpa terjebak dalam kata-kata yang puitis dan indah. Apa tidak boleh menggunakan kata puitis. Boleh, asal tidak mengurangi nilai yang sebenarnya.

Puitis adalah situasi yang subjektif. Setiap orang mempunyai ukuran masing-masing. Namun satu hal yang pasti, hanya karena ingin tulisannya indah dan puitis lantas melalaikan maksud dan tujuan utama Anda. Hemat saya, tulisan yang dijabarkan dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang jelas akan mampu menerbitkan rasa puitis yang tidak kalah indahnya.

Mana yang lebih utama antara aspirasi dan pengalaman? Keduanya merupakan rangkaian proses. Bermula dari pengalaman kemudian akan muncul aspirasi. Ketika berhasil menuliskan pengalaman hidup secara terang-benderang, maka Anda akan berhasil mengidentifikasi aspirasi. Saat Anda berhasil mewujudkan aspirasi yang tumbuh kembang dari sebuah pengalaman tentu suatu kebahagiaan yang tidak bisa dinilai dengan uang.


Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel tentang "Ingin Bahagia? Tulislah Pengalaman dan Aspirasi Anda!. Semoga berguna bagi pembaca sekalian.


Surabaya, 24 Nopember 2016

Jumat, 18 November 2016

Ingin Menjadi Penulis Produktif? Jadilah Pemalas!



Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Drs. Peter Salim, M.A. tahun 1991), malas dimasukkan dalam kelas kata adjektiva atau kata sifat. Malas berarti: tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu.

Selama ini kemalasan dalam bekerja selalu dikaitkan dengan sikap negatif. Maka tidak mengherankan bila Anda membaca judul artikel ini mengerutkan dahi. Ingin menjadi penulis produktif kok malah disuruh bermalas-malasan?

Memang, pemalas sama halnya dengan sesuatu yang tidak produktif. Bagaimana jadinya bila penulis yang bidang kerjanya menuntut kreatifitas tinggi justru diperbolehkan untuk malas? Ini tentu saja bisa memicu hambatan kreatif!

Tapi tunggu dulu, penjelasannya belum lengkap. Ternyata sifat malas bisa diputarbalikkan menjadi hal positif. Tentu ini tergantung sudut pandang atau penempatan sikap. Berikut ada beberapa sikap malas yang justru berguna dan dapat mendorong kreatifitas penulis untuk menjadi produktif. Tak percaya? Mari kita sama-sama menyimaknya.

Malas Mencari-cari Alasan
Ketika akan menulis, Anda menyadari; idenya masih perlu dibenahi, sementara bahan-bahan rujukan belum ada. Kendala ini membuat Anda memaklumkan diri untuk mencari-cari alasan, seakan-akan dengan begini bisa menjadi jalan keluar. Padahal mencari-cari alasan tidak akan menyelesaikan masalah. Bersikaplah bijaksana untuk malas mencari-cari alasan. Sebaliknya, rajinlah mencari solusi dalam setiap masalah.

Malas Mengeluh
Menghadapi karya tulis yang belum tuntas, mungkin karena bahan rujukan belum lengkap, sarana kurang memadai, ide tidak memuaskan, dan kurangnya kemauan untuk meneruskan tulisan; memang merupakan faktor-faktor yang membuat setiap penulis pasti mudah mengeluh. Dan kabar buruknya, mengeluh dapat menambah beban pikiran sekaligus mengacaukan konsentrasi.
Jadi lebih baik bersikaplah malas untuk berkeluh-kesah, daripada mengeluh lebih baik mengerjakan tulisan secara periodik namun sistematis. Misalnya, menulis 1 artikel pendek per hari. Kalau dilakukan dengan konsisten, maka dalam hitungan minggu, sudah ada 7 artikel yang dapat dimuat dalam 1 bab.

Malas Membuang Waktu
Menonton tv, mendengarkan musik, mengakses media sosial, dan membolak-balik buku atau majalah hingga berjam-jam di sela-sela tugas menulis memang menyenangkan dan (katanya) bisa memancing inspirasi. Namun pernahkah menghitung berapa banyak waktu yang terbuang?
Mulai sekarang, bulatkan tekad untuk bersikap malas saat melakukan hal-hal yang berpotensi membuang-buang waktu. Daripada melakukan aktivitas yang tidak berguna selama menulis, lebih baik cobalah terus menulis. Pikiran Anda akan mencari asosiasi-asosiasi di antara kalimat-kalimat yang sembarang Anda tulis, sehingga akan memantik timbulnya ide-ide baru.

Demikian uraian saya tentang bagaimana memposisikan kemalasan pada tempat yang tepat sehingga dapat dijadikan sumber energi potensial untuk terus berkarya. Semoga bermanfaat.


Surabaya, 19 Nopember 2016

Senin, 14 November 2016

Menjadi Penulis Produktif Karena Menulis Setiap Hari



“Bagi saya tidak penting disebut penulis, pengarang atau sastrawan, yang penting terus berkarya. Lalu dengan rendah hati terus belajar menulis.” 
( Helvy Tiana Rosa )


"APALAH arti sebuah nama," begitu kata dramawan kondang asal Negeri Inggris, William Shakespeare. Dalam kaitannya dengan dunia kepenulisan, ada benang merah yang menghubungkannya. "Apalah arti sebutan; mau disebut penulis, pengarang atau sastrawan ( itu kan sebutan masyarakat ) yang penting terus berkarya," begitu kata Helvy Tiana Rosa.

Panggilan, sebutan, atau gelar tak ubahnya atom yang bermuatan positif dan negatif. Jika dipergunakan dengan bijaksana maka bisa menjadi motivasi untuk melakukan sesuatu lebih baik lagi. Namun bila salah menyikapinya, bisa menjadi beban yang justru membuat diri kita tak percaya diri.

"Yang penting terus berkarya." Kata ini sangat singkat, tapi bila diaplikasikan dalam kehidupan penulis, maka tak ayal akan menumbuhkan produktivitas yang luar biasa. Kalau orang-orang yang ingin menjadi penulis mau introspeksi, sebenarnya sudah terang benderang hukumnya. Bahwa kewajiban penulis, tentu saja, ya menulis! Ya, teruslah menulis jangan mempermasalahkan orang-orang mau memanggil Anda apa.

Setelah kita bertekad bulat untuk terus menulis setiap hari, lalu dengan rendah hati terus belajar menulis. Apa yang bisa dipelajari dari menulis? Toh kita sudah bisa menulis? Kita semua tentu sadar, semua bidang ada ilmunya. Kita belajar tentu mempunyai maksud dan tujuan. Bermula dari pengalaman menulis setiap hari, Anda bisa belajar tentang kedisiplinan penulis, kiat mengolah kata, mempelajari kata-kata baru, menemukan cara efektif untuk menulis, membuka paragraf yang bikin pembaca tertarik, cara menutup karya tulis dengan sangat mengesankan, dan seterusnya.

Semua hal di atas hanya bisa Anda peroleh setelah mempelajari cara menulis yang baik melalui praktek langsung menulis setiap hari. "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian," demikian ujar peribahasa. Penulis yang berkorban waktu, pikiran, dan tenaga untuk menulis setiap hari akan menjadi penulis yang tahan banting dan produktif.


Surabaya, 15 Nopember 2016

Sabtu, 12 November 2016

Cara Mendapatkan Ide Secara Mudah



“Menulis merangsang pemikiran, 
jadi saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu untuk di tulis, 
tetaplah mencoba untuk menulis”

( Barbara )



MEMANG aneh namun nyata! Apa yang dikatakan Barbara di atas memang ada benarnya. Saat Anda tidak bisa memikirkan sesuatu pun untuk ditulis, tetaplah mencoba untuk terus menulis. Perlahan namun pasti inspirasi akan mendatangi Anda.

Adalah novelis Ernest Hemingway yang sudah pernah membuktikannya. Beliau punya kebiasaan menuliskan suasana tempat kerjanya sebelum menuliskan karya yang sesungguhnya. Dari kebiasaan inilah lahir karya-karya monumental seperti The Old Man and The Sea, yang mengantarkan beliau mendapatkan penghargaan Nobel Sastra pada tahun 1954.

Melihat fenomena di atas, kita boleh mengibaratkan menulis seperti halnya berolahraga. Semua orang pasti menyadari betapa pentingnya pemanasan sebelum melakukan aktivitas olahraga. Tujuannya tentu untuk mencegah cedera otot yang tidak diinginkan. Pemanasan hanyalah berupa gerakan-gerakan ringan namun terbukti ampuh dampaknya.

Menulis juga butuh pemanasan. Tujuannya tak lain supaya pikiran nyaman. Berlatih menuliskan hal-hal ringan seperti menggambarkan suasana tempat kerja dan sebagainya; juga akan melenturkan  pikiran dalam mengolah kata-kata. Perasaan yang nyaman akan membuat pikiran dalam kondisi siap dan fokus untuk menuliskan target tulisan.

Dan ada kabar menggembirakan bagi Anda yang ingin melakukan kebiasaan Ernest Hemingway di atas. Pada saat Anda menuliskan hal-hal ringan yang sepertinya tidak berarti itu dengan cara mengalir begitu saja tanpa tuntutan harus benar susunan katanya, tanda bacanya, dan seterusnya; justru Anda akan menemukan ide. Ketika Anda merasa dihinggapi ide, segeralah tulis segala hal yang memenuhi pikiran sampai habis tak tersisa.

Langkah selanjutnya Anda hanya perlu istirahat. Esok hari bukalah kembali lembar tulisan tersebut. Sunting beberapa bagian yang perlu dibenahi. Tambahkan beberapa hal yang diperlukan. Kalau merasa tidak puas, Anda boleh istirahat dan mengeditnya esok hari lagi pada saat pikiran sudah segar kembali. Satu hal yang pasti, Anda sudah bisa membuktikan mampu menemukan ide melalui kebiasaan menuliskan hal-hal ringan yang tidak menuntut banyak pikiran.



Surabaya, 12 Nopember 2016







Cara Cepat dan Tuntas Menulis Cerita Pendek

1. Mencari ide  Ide bisa datang dari mana saja, jadi bawa buku kecil kemana saja Anda pergi. Tulis semua ide yang melintas di pikiran An...